Di luar sedang hujan ketika Amira menikmati acara televisi di ruang duduk apartemennya. Mulutnya sibuk mengunyah buah Pear yang dipotong-potong kecil dengan saus karamel. Sementara Anna sibuk dengan iMac-nya, berselancar di dunia maya.
Amira terheran-heran mendapati Anna sudah satu jam lebih tidak beranjak dari meja komputer. “Kau sedang apa?”
“Mencari calon ayah untuk anak-anakmu.” sahut Anna datar tanpa mengalihkan pandangan dari komputer.
Amira mendengus geli menanggapi kata-kata Anna barusan, lalu menggeleng tidak peduli. Gadis itu kembali mengalihkan perhatiannya ke televisi.
“Wah!” tiba-tiba Anna berseru girang. Matanya melebar antusias. “Ada yang ingin bertemu denganmu!” katanya penuh semangat menatap layar komputer hingga raut wajahnya yang penuh keceriaan tampak jelas.
Satu tahun lima bulan sudah, Anna membuat akun di situs londonmate.com atas nama Amira, berikut dengan foto profilnya, hanya saja wanita berkacamata itulah yang selama ini mengelola akun milik Amira.
Alis Amira menggantung keheranan. Matanya melirik Anna sekilas, lalu kembali menonton televisi. Kali ini pria seperti apa lagi yang mau dia jodohkan untukku? batinnya. Perjodohoan online itu membawa pikirannya bergerak mundur kepada tahun yang melelahkan.
Ethan. Laki-laki yang pertama kali berkencan dengan Amira ini bahkan sampai tidak bisa berkedip, mulutnya pun terbuka ketika memandang Amira. Setiap kali diajak bicara, laki-laki bodoh itu hanya menjawab ‘ya’ untuk semua pertanyaan. Sama sekali tidak menarik. Skip.
Lucas. Laki-laki gagah. Parasnya pun cukup tampan untuk orang Eropa. Postur tubuhnya tinggi besar, berkulit putih dengan rona merah di pipi. Selain gagah dan percaya diri, dia juga seorang pengacara muda yang karismatik, namun sayangnya, dia merasa jenuh menjalani hubungan dengan Amira, hingga akhirnya hubungan membosankan itu hanya bertahan selama tiga bulan. Next.
James Allen. Mulanya, tidak ada yang salah dengannya. Dia tampak normal seperti kebanyakan pria normal lainnya. Pembawaan yang charming juga sikapnya yang menyenangkan menjadi nilai tambah untuknya. Dia juga pandai menghibur hati Amira dengan kata-katanya. Laki-laki ini dapat dikatakan nyaris sempurna, dia sangat mencintai Amira. Tetapi cinta James berubah menjadi obsesi setelah sepuluh bulan lamanya mereka berkencan. James terobsesi untuk memiliki Amira ‘seutuhnya’. Dan itu membuat Amira berang. Amira menghindari James sejak laki-laki itu menyudutkannya dengan kasar ke dinding hingga kepalanya terbentur keras dan nyaris pingsan. Dengan liar laki-laki itu menjamah tubuhnya dan menciumnya dengan paksa.
Anna, wanita berkacamata itu membaca deretan kalimat berbahasa Inggris yang tertera di layar. “Dia mencari wanita yang jujur dan independen. Dia tidak menyukai wanita yang terlalu lengket dan manja. Dia lebih suka wanita yang bisa memahami, bisa menerima dia apa adanya dan bersedia untuk melakukan sedikit penyesuaian diri. Wanita yang bisa berbagi suka dan duka. Menarik bukan?” liriknya pada Amira. “Jadi bagaimana menurutmu?”
“Aku tidak tahu.” Amira mengangkat bahu. Sama sekali tidak menunjukan ketertarikan. Dan beberapa saat kemudian Anna mengucapkan kalimat andalannya,
“Hmmm, aku punya firasat baik tentangnya.”